leonews.co.id
Berita Pilihan Headline

Mantan Kapolda Banten Pertama, Irjen Pol Abdurachman Berpulang! Catatan Wisnu Bangun

Mantan Kapolda Banten Pertama Irjen Pol Abdul Rachman
Share this article

Berita duka tentang wafatnya Inspektur Jendral Polisi (Irjen Pol) Abdurachman melintas di jendela Hand pone saya,  Kamis 22 Agustus 2023.

Saya agak telat mendapat informasi itu, karena beliau meninggal dunia dua hari sebelumnya, yakni Sabtu 20 Agustus 2023 karena sakit di RSU Mayapada Jakarta Selatan.

Saya termasuk satu diantara teman-teman wartawan lain yang memiliki kedekatan emosional saat beliau bertugas sebagai Kapolda Banten pertama pada tahun itu.

Pada saat itu, Polda Banten  hanya membawahi lima wilayah hukum, yakni  Polres  Serang, Polres Pandeglang, Polres Lebak dan Polres Cilegon, sedangkan Polres Tangerang masih berada di dalam wilayah hukum Polda Metro Jaya seperti sebelumnya.

Seiring dengan perjalanan waktu, dilakuan juga pengembangan wilayah hukum, masing-masing penambahan polres Kota Serang, Polres Kota Tangerang, Polres Bandara Soekarno Hatta dan Polres Tangerang Selatan.

Markas Besar Polda Banten berdiri di atas lahan  11 hektar, di Desa Curug, Kecamatan Cipocok Jaya, Kabupaten Serang (sebelum menjadi kota Serang-Red).

Dalam hal ini, peranan pak Abdurachman untuk terbentuknya Polda Banten tidaklah sedikit.

Hubungan emosionalnya dengan berbagai pihak bagi terwujudnya Markas Polda Banten saat ini adalah bukti nyata bahwa pergaulannya sehari-hari deengan para pihak termasuk dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) di tingkat kabupaten/ kota hingga provinsi sangat kuat.

Peletakan batu pertama pembangunan Mapolda Banten, dilakukan oleh Kapolda Jawa Barat Irjen. Pol. Drs. Dadang Garnida pada tanggal 14 Juli 2003.

Pendirian Mapolda Banten ini, disyahkan oleh Kapolri Jenderal Drs. Da’i Bachtiar, melalui Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep/07/I/2004 tanggal 7 Januari 2004.

Tahap berikutnya pada tanggal 12 Januari 2004, kapolri melantik Kombes Pol Drs. H. Abdurachman sebagai Kapolda Banten pertama.

Dalam upacara pelantikan tersebut, ditandai dengan diserahkannya Pataka Polda Banten “Gawe Kuta Baluarti” dan Lambang Kesatuan Polda Banten “Kepala Harimau Putih”.

Saya mengenal dan agak dekat, sejak beliau menjabat sebagai Kepala polisi wilayah (Kapolwil) sebelum terbentuknya Polda Banten.

Itulah sebabnya saya agak menyesal atas terlamabatnya saya menerima kabar duka tersebut.

Dari kabar duka itu saya ketahui, bahwa beliau dimakamkan di lahan milik keluarga di samping Mushollah Arachman di Serang-Banten.

Kontak terakhir beliau ke saya terjadi pada Mey 2018. Beliau mengabarkan bahwa pentingnya menjaga Kesehatan, karena Kesehatan tersebut sangat mahal.

Begini pesan singkat beliaun, ke saya melalui Whats App (WA) :  Sehat itu mahal . . . . .  . . . betull sekali . Dan apalagi jantung nggak ada dijual di toko. Smg kita sehat semua ya. Amiin yra.

Kendati saat itu sudah menjabat sebagai Kapolda Banten, namun pak Abdurachman masih berpangkat Komisaris Besar (Kombes). Sedangkan pejabat jajarannya di bawahnya berpangkat Ajun Komisari Besar Polisi (AKBP).

Kepolisian Daerah Banten membawahi wilayah hukum Polres Serang, Polres Pandeglang, Polres Lebak dan Polres Cilegon, yang merupakan wilayah hukum Polda Jawa Barat. Sedangkan Polres Tangerang tetap berada di dalam wilayah hukum Polda Metro Jaya.

Saat menjadi Kapolda Banten, gagasan besar pak Abdurachman adalah memasukan Polres Tangerang yang sebelumnya di bawah Polda Metrojaya agar masuk ke Polda Banten.

Namun rencana itu belum sempat terujud, karena beliau dipindah tugaskan ke Polda Sumatra Selatan (Sumsel) sebagai Wakapolda seiring dengan kenaikan pangkat dari Kombes menjadi Irjen (bintang satu-Red).

Banjir air mata, dari teman sejawat termasuk jajaran kepolisian di lingkungan Polda Banten dan lima polres melepas perpisahan pak Abduracman ke tempat tugasnya yang baru.

Beberapa bulan menjabat sebagai Wakapolda di Sumsel, pak Abdurachman menghubungi saya melalui telpon dan meminta saya untuk menemuinya di Sumsel untuk sekedar temu kangen.

Bersama istri dan salah seorang anak bungsu, saya terbang menemui beliau di sana.

Itulah hari pertama istri dan anak saya Bima, merasakan menaiki pesawat udara.

Kami disambut oleh sejumlah anak buah Wakapolda Banten, di pintu keluar Bandara di Sumsel yang memegang tulisan Wisnu Banten.

Tulisan di atas sehelai kertas polio tersebut, sebagai upaya  anak buah pak Abdurachman memudahkan mereka menemui saya yang baru keluar dari pesawat terbang.

Selanjutnya saya diantar ke salah satu hotel yang sudah dipersiapkan.

Sesaat kemudiansesampai di hotel, pak  Abdurachman menghubungi saya melalui telpon sambal mengucapkan Selamat Datang di Palembang, Sumatra Selatan.

Dia juga sempat menyampaikan istirahat dulu ya Wis, sebentar lagi aku akan datang.

Benar saja, beberapa saat kemudian pak Abdurachman menemui saya dan selanjutnya kami berangkat untuk makan malam.

Pak Abdurachman membawa istrinya dan seorang anaknya laki-laki yang kira-kira kala itu masih sekitar bersekolah di kelas 3 atau 4 SD.

Kami berangkat menikmati makan  malam di salah satu restoran khas Sumatra Selatan. Banyak yang kami ceritakan tentang yang lucu-lucu saat itu, hingga membuat suasana semakin hidup.

Keesokan harinya, saya dipersiapkan seorang sopir dan kendaraan untuk melihat-lihat tempat-tempat wisata.

Istri saya kala itu, memilih untuk minta diantar agar bisa menaiki motor boat yang mondar mandir di Sungai musi.

Ini juga kali pertama istri dan anak saya menaiki motor boat di sepanjang hidupnya. Saya melihat istri saya sangat senang.

Selamat Jalan bapak Abdurachman, kami bersaksi bahwa kau adalah orang baik. Semoga Allah menampuni segola dosa dan menerimamu di Surga, Amin. ***

 

 


Share this article

Related posts