leonews.co.id
Info TNI/Polri

Sintho Silitonga : Aku Jadi Anak Negara Aja

Share this article

Oleh : Wisnu Bangun

Aku jadi anak Negara aja, supaya kelian nanti tidak pusing membiayai sekolahku. Kalimat ini disampaikan Sintho Silitonga,  kepada kedua orang tuanya di tahun 1996 setelah lulus dari Sekolah Menegah Atas (SMA)  dengan logat khas Bataknya.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini, terbang mewujud niatnya dengan memasuki Akademi Kepolisian (AKPOL).  Tekatnya untuk menjadi bagian dari anggota polisi begitu kuat.

Padahal  saat bersamaan dua akademi yang didaftar, masing-masing AKABRI dan jurusan Arsitek di Universitas Sumatra Utara (USU) sudah menerimanya. “Tekat untuk mewujutkan niat, tidak boleh separuh hati. Harus total ,” kata Sihinto, bercerita saat kunjungannya ke Kantor Redaksi Bangun Media Grup, di Lipatik,  Kota Serang, 9 Agustus 2021 lalu.

Kunjungan ini dilakukannya kurang dari sepekan setelah Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto Adi Nugroho, melantiknya sebagai Kabid Humas yang baru,  5 Agustus 2021 lalu. Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Shinto Silitonga  menggantikan Kombes Pol Edy Sumardi Priadinata,  yang dipromosi sebagai Dirpamobvit Polda Banten.

Dengan dua kendaraan dinas, ada tujuh orang anggota lain dari Humas Polda Banten, yang ikut mendampingi kunjungannya saat itu.  Kedatangannya disambut oleh Lesman Bagun,  CEO Bangun Media Grup, ditemani Pemimpin Redaksi Gerbang Banten, Wisnu Bangun,  Yudian Pemimpin Redaksi mediasiber.co.id, Mardianto Pemimpin Redaksi Tabloid Persepsi serta sejumlah staf.

Kendati dengan jamuan sangat sederhana, yakni air mineral dan kacang asin serta sejumlah makanan ringan lainnya,  namun pertemuan keduanya begitu akrap hingga berlangsung lebih dari dua jam (pukul 04-.06 selepas sholat magrib-Red).

Dalam obrolan ringan, Shinto mengaku sebagai mahasiswa tak banyak neko-neko. Sebagian besar waktunya  dihabiskan untuk belajar, agar hasil yang diperoleh sebagai mahasiswa dapat maksimal.  Benar saja, pada tahun 1999 akhir,  Shinto berhasil menyelesaikan kuliahnya di AKPOL dengan prestasi cukup baik dan  langsung di tempatkan di Polres Kota Surabaya Timur sebagai anggota Pamapta.

Dua tahun setelah itu, pimpinan mempercayainya sebagai Kanit Resmob,  di Polres Surabaya Utara dan pindah lagi menjadi Kanit di Kasubdit Narkoba di Polrestabes Surabaya.

Enam tahun malang melintang di Surabaya, sempat mengikuti program kerjasama Indonesia dan Jerman di bidang pencegahan dan pemberantasan kejahatan transnasional selama satu tahun. Program khusus  ini, meliputi tentang penanganan kejahatan ekonomi, kejahatan dunia maya, pemalsuan dokumen, penyelundupan manusia, korupsi, narkoba dan bahan baku pembuatan narkoba, penanganan bencana serta terorisme.

“Melalui program tersebut, saya mengenal Analisi Noot Book (ANB), yang pernah diperkenalkan oleh Bapak Jendral Gories Mere pada saat menangani Bali Nine 17 April 2005. Program pendidikan ini selama delapan bulan ,” tutur  Shinto.

Bali nine merupakan peristiwa Sembilan anggota sindikat narkoba yang ditangkap tim sergap Mabes Polri di Bandara Ngurah Rai, Bali, di bawah pimpinan Gories Mere. Kesembilan warga Australia ini, ditangkap dengan barang bukti delapan kilo gram heroin.

Dalam buku ANB itu kata Shinto, banyak diceritakan tentang aneka kejahatan bersekala Internasional, termasuk jejaring laba-labanya.

Sihnto menceritakan,  pada tahun 2005 sempat menjadi  Kasat Reskrim di Polres Mojokerto selama delapan bulan hingga  mendapat peluang untuk masuk sebagai mahasiswa di Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian  (PTIK) selama 14 bulan.

Lulus di PTIK pada 2006 sebagai ranking pertama,  dari 350 siswa seluruh Polda se-Indonesia.  Prestasi ini mengantarkan Shinto, bertugas di Polda Metro Jaya.

“Pada saat itu, Januari-Juni  2007 kami mahasiswa PTIK yang lulus di ranking satu hingga 10 – sempat di BKO kan ke Poso sebagai pengendali oprasi. Pulang dari Poso saya bertugas di Polda Metro Jaya selama sembilan tahun,” kata Shinto.

Diceritakan juga oleh Shinto,  selama bertugas di jaran Polda Metro Jaya, pernah bertugas di Polres Metro Bekasi, Kapolsek Tambun Bekasi, Kapolsek Tiga Raksa Tangerang, Kapolsek Sawah Besar Jakarta Pusat dan Wakasat Narkoba di Polres Jakarta Barat.

Di Jakarta Barat tuturnya, ada satu Kampung bernama Kampung Ambon. Kampung ini sangat dikenal dengan peredaran berbagai jenis narkoba.

Dalam program “Kampung Ambon Anti Narkoba” ,  kampung ini salah satunya yang menjadi sasaran.  “Inilah juga yang mengantarkan saya, menjadi pemenang karya tulis terbaik dan bisa mengikuti Sespim,” katanya.

Lepas dari itu 2005, selanjutnya Shinto ditugaskan lagi ke Surabaya, di Polda Jatim di Krimsus. Di daerah ini, selanjutnya dipindah tugaskan lagi sebagai Kasat Reserse di Polres Tabes Surabaya.

Sebagai anggota Bayangkara yang harus siap di manapun, perpindahan tempat tugas menjadi hal yang biasa. Setelah dari Surabaya, Shinto kembali dipindahkan untuk menjadi Kapolres di Goa, Sulawesi Selatan. Setelah itu, berpindah lagi ke Mabes Polri di bagian Humas selama beberapa bulan,  sampai akhirnya menjadi Kabid Humas Polda Banten.

 

 

 

,

 

 

 

 

 

 


Share this article

Related posts