SERANG (leonews.co.id) – Gubernur Banten Wahidin Halim membuka pendidikan dan pelatihan (diklat) Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan dan Soliditas Aparatur Pemerintah, di Markas Kopasus Grup I Serang, Rabu (6/2/2019). Diklat ini, bertujuan untuk aparatur sipil negara (ASN) yang berkarakter, disiplin, bersemangat dan memiliki kemauan kuat guna memberikan yang terbaik bagi bangsa dan Negara.
“Tempat ini merupakan tempat Kesatrian garda terdepan, untuk melahirkan orang-orang atau pribadi-pribadi yang bersungguh-sungguh, semangat tinggi, berdedikasi, berkarakter, berdisiplin dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” kata Wahidin, saat menjadi Inspektur Upacara Pembukaan Diklat tersebut.
Untuk itu lanjutnya, tempat ini dijadikan tempat diklat saudara (peserta-red) untuk ditempa kesadaran bernegara, berbangsa dan tanggung jawab kepada negara. “Yang ingin saya dapatkan dari tempat ini adalah agar saudara mempunyai karakter, paradigma membangun agar keinginan menjadi yang terbaik dengan disiplin yang tinggi,” tegasnya.
Diklat tersebut, diikuti oleh seluruh eselon II dan III di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten.
Wahidin berpesan, seluruh Diklat dapat mengikuti seluruh program dengan baik yang nanti dilakukan dan diberikan oleh para instruktur. “Harus berdisiplin, taat dan setia, karena semua itu sangat dibutuhkan saat ini bagi Banten yaitu aparatur yang berdisiplin dan berkarakter,” tuturnya.
Turut hadir dalam pembukaan Diklat itu, Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten Ino S Rawita, Komandan Grup I Kopassus Banten Kolonel (Inf) Lucky Avianto, Komandan Korem 064 Maulana Yusuf Kolonel Czi Budi Hariswanto.
Beberapa menit sebelumnya, pelepasan peserta Diklat dilakukan oleh Pejabat Sekda Banten Ino S Rawita. Seluruh peserta diberangkatkan menggunaka truk komando milik Kopasus dari Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Curug Kota Serang.
“Baru kali ini kita merasakan kebersamaan seluruh OPD, serta berangkat bersama-sama, baik yang sehat maupun yang lagi sakit tetap harus mengikuti proses ini, meskipun bagi yang sakit diberikan kompensasi perlakuan dibanding yang sehat. Yang terpenting niat kita ingin menyatukan rasa kebersamaan, senasib sepenanggungan,” ujar Ino. (Wisnu)