Ubanisasi Jadi Persoalan Baru di Banten

Share this article

SERANG (leonews.coi.id) – Pemerintah Provinsi Banten, saat ini menghadapi tantangan baru, yang berkaitan dengan ketenaga kerjaan. Urbanisasi yang memasuki wilayah provinsi ke 32 tersebut untuk mencari kerja akan menjadi persoalan baru selain persoalan daerah sendiri.

Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan, problem utama bagi Provinsi Banten saat ini adalah bidang ketenaga kerjaan, karena pendatang dari daerah lain yang datang  untuk mencari kerja. Bersamaan dengan itu, peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menghadapi Revolusi industri 4.0 juga menjadi persoalan yang sangat mendasar.

Menurut Wahidin, Perusahan-perusahan besar seperti Alibaba, Tokopedia dan lainnya tidak memiliki pabrik dan gudang namun bisa kaya raya berkat teknologi. “Kita akan bersaing dengan robot. Karena itu kita harus menguasai teknologi,” kata Wahidin, saat saat membuka dan memberikan materi dalam Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Golongan 3 Gelombang IV di Lingkungan Provinsi Banten Tahun Anggaran 2019 di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi Banten, Kabupaten Pandeglang, Senin (15/07/2019).

Menurut Wahidin, pada saatnya pemerintah akan menjadi sangat simpel. Layanan pemerintah akan terkomputerisasi. “Semakin modern negara, semakin simpel strukturnya. Karena semua serba terkomputerisasi,”  tuturnya.

Data BPS menyebutkan, jumlah penduduk bekerja di Provinsi Banten meningkat dari tahun 2018 sebanyak 5,62 juta orang menjadi 5,68 juta orang pada 2019 ini. Dengan struktur lapangan pekerjaan utama terbesar meliputi perdagangan sebesar 23,88 persen atau 1.36 juta orang, industri pengolahan sebesar 19,97 persen atau 1.13 juta orang, pertanian, pertambangan dan penggalian sebesar 12,72 persen atau 722.120 orang.

Sementara, untuk status pekerjaan utama di Banten didominasi oleh buruh/karyawati/pegawai dengan presentase sebesar 53,61 persen atau 3.04 juta orang. Sebagian besar pekerja yaitu 4,51 juta orang atau 79,52 persen merupakan pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu) dan sekitar 15,17 persen dari total penduduk bekerja berpendidikan tinggi (diploma ke atas).

Tingkat pengangguran terbuka terendah di Banten terdapat pada penduduk berpendidikan Diploma I/II/III, sementara tingkat pengangguran terbuka tertinggi sebesar 11,65 persen pada jenjang pendidikan SMK.

Jumlah pengangguran di Banten berdasarkan wilayah didominasi wilayah perdesaan sebesar 7,91 persen dibandingkan perkotaan sebesar 7,45 persen dan sebesar 56,59 persen atau 3,21 juta penduduk bekerja pada sektor formal dan sisanya sebanyak 43,41 persen atau 2,46 juta orang bekerja pada sektor informal. (Red 01)

 


Share this article

Related posts

Sebanyak Rp432 Miliar Aset Jaringan Narkoba Fredy Pratama Disita Polisi

Gerindra Akan Dukung Habis Deddy Mulyadi di Pilgub Jabar 2024

Pasukan TNI dan Polri Gerak Cepat Rebut Homeyo Intan Jaya