leonews.co.id
Pariwisata

Banten Lama Sebagai Magnit Wisata Religi

Share this article

SERANG (leonews.co.id) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten tidak saja melakukan revitalisasi terhadap puing bersejarah dari Kerajaan Banten, tapi juga memperbaiki dan membangun dalam bentuk baru akses menuju lokasi. Gubernur Banten, Wahidin Halim dan Wakilnya Andika Hazrumi, akan menjadikan kawasan itu sebagai magnit bagi pengunjung  wisata religi karena ada masjid yang sangat bersejarah di dalamnya — selain makam pahlawan kerajaan yang gugur di zaman kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

Gubernur Banten Wahidin Halim menyebutkan, selain sejumlah puing bangunan,  masjid yang ada sebagai peninggalan kerajaan Banten itu, akan menjadi magnit bagi kunjungan wisata ke Banten. “Karena Banten, sangat identik dengan Islam maka perhatian kepada masjid di daerah itu, sangat dikhususkan,” katanya.

Percepatan pembangunan khususnya infrastruktur , kata Wahidin,merupakan komitmen gubernur dan wakil gubernur sebagai pelayanan dasar kepada masyarakat. Itu juga sebagai upaya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang akan turut berperan dalam tingkat indeks pembangunan manusia di wilayah Banten.

Pada tahap awal revitalisasi, Pemprov Banten telah menggelontorkan dana sebesar Rp 220 miliar. Pembenahan dilakukan mulai dari menata kawasan sekitar Keraton Kaibon, Benteng Speilwijk dan Masjid Pacinan. Selanjutnya pembangunan pada kawasan Masjid Kesultanan Banten.

Tidak hanya itu, dilakukan pula relokasi kepada pedagang yang berada di sekitar areal. Penataan juga dilakukan bagi areal parker kendaraan pengunjung dan rumah penduduk.

Rumah penduduk yang sebelumnya tumbuh liar tak teratur di sekitar kawasan, yang mengganggu keindahan, selanjutnya oleh Pemprov Banten direkolasi ke tempat yang sudah disediakan. Hal ini tidak sekedar sebagai kepentingan keindahan semata, tapi juga untuk menghargai kejayaan Banten pada masa itu, termasuk menempatkan warga ke rumah layak huni.

Revitalisasi Banten lama merupakan salah satu visi Gubernur Banten Wahidin Halim dan wakil Andika Hazrumy. “Banten Yang Maju, Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera dan Berakhlakul Karimah “ . Disebutkan, revitalisasi kawasan itu, untuk mengembalikan Banten lama sebagai pusat peradaban dan budaya di Banten.

Di dalam dan sekitar kawasan Banten Lama,  juga terdapat kanal-kanal yang sudah menyempit dan dangkal tak terurus. Kemudian oleh Pemprov Banten kanal-kanal ini, ditata ulang sesuai dengan fungsinya untuk juga memperindah Kawasan Banten Lama.

Tempat jajan dan oleh-oleh juga dibuatkan lebih nyaman. Sepanjang jalan dari pintu masuk menuju masjid agung dan sejumlah tempat bersejarah saat ini sudah dibangun jalanan bagi pejalan kaki berlantai marmer yang dikanan-kirinya terdapat tempat duduk untuk beristirihat.

Sedangkan bagi pejalan kaki yang akan mengunjungi masjid utama, tidak saja sudah dibangun jalanan lengkap dengan penerangan yang sangat baik. Penerangan jalan di sekitar lokasi ditambah lebih banyak dari sebelumnya, dengan maksud bukan saja sebagai  penerangan belaka tapi juga untuk keamanan pengunjung.

Dari pintu masuk menuju masjid agung dan sejumlah tempat bersejarah juga dipasangi bangku untuk pejalan kaki beristirahat sejenak, dengan maksud agar dapat beristirahat sejenak. Tidak hanya  itu, menuju pintu masuk masjid utama  dipasangi payung-payung raksasa, mirif dengan payung buka-tutup di Masjid Nabawi-Madinah.

Sebagai informasi, payung raksasa di Masjid Nabawi jumlahnya 250 unit (merdeka.com), tingginya 20 meter dan lebar 25 meter. Payung itu, dapat terbuka dan tertutup secara otomotis pada suhu udara di sekitar lokasi mengalami perubahan pada suhu tertentu.

Payung raksasa di Masjid Nabawi-Madinah dikerjakan oleh perusahaan Jepang dan Jerman, sedangkan payung raksasa di Banten lama hanya delapan unit dan dikerjakan oleh perusahaan lokal. Tapi terlepas dari semua itu, setidaknya payung-payung di Banten Lama,  cukup membuat orang yang belum merasakan pergi ke masjid Nabawi-Madinah, bisa berfoto selfi sambil membayangkan payung aslinya di tanah Arab sana.

Kendati hanya replica, payung raksasa di Banten lama, tak mengurangi keindahan yang terlihat ibarat gadis selau bersolek. Payung raksasa di kawasan Banten lama, memang tidak dikonsep seperti yang ada di masjid Nabawi-Madinah.

Payung raksasa di Banten Lama ini, selain difungsikan sebagai dekorasi dan alat untuk berteduh pada musim hujan juga sekedar penahan panas bagi pengunjung saat musim kemarau. Pada bagian tiang dibuatkan rongga saluran untuk mengaliri air saat hujan yang menuju kanal-kanal yang berada di sekitarnya.

“Sungguh saat ini Banten Lama, kayak cewek yang lagi genit-genitnya. Keliatan cakep nggak kayak tahun-tahun sebelumnya,” kata Rachman, salah seorang remaja asal Lampung, yang sedang berkunjung ke tempat itu.

Untuk kenyamanan pengunjung yang akan melakukan ziarah, kehadiran para pengemis yang mengais rizki di tempat itu, juga ditertibkan. Mereka tak lagi boleh masuk dalam ke dalam areal tertentu di kawasan itu, termasuk juga penempatan kotak-kotak amal yang tidak ditunggui secara khusus agar tak mengesankan pemaksaan.

Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Banten Mohammad Yanuar mengungkapkan, seluruh pekerjaan revitalisasi sudah harus selesai pada Desember 2019. Selanjutnya pada tahun 2020, juga sedang dipersiapkan, pembangunan tempat jajanan dan industry oleh-oleh khas Banten, yang dikelola oleh pengusaha kecil dan menengah.

Menurut Yanuar, bahkan juga sedang dibahas pembuatan baitul qur’an. Baitul Quran, kata Yanuar, akan menjadi pusat kajian Al-quran di Provinsi Banten.

Untuk mempermudah akses para pengunjung atau peziarah menuju Kawasan bekas Kesultanan Banten (KKB) tersebut, Peprov Banten, kembali menggelontorkan dana yang tidak sedikit. Ini dimaksudkan, agar kawasan wisata religi itu  semakin mudah untuk didatangi.

Tiga jalur yang sudah selesai pembangunannya, yaitu Lopang-Banten Lama, Pontang-Banten Lama, serta Kramatwatu-Banten Lama. Untuk jalur Kramatwatu-Banten Lama dan Pontang-Banten Lama masih dikerjakan dan selesai tahun ini.

Kawasan destinasi wisata baru di Banten ini,  terletak di sekitar 60 kilometer dari Ibukota Jakarta.  Untuk mencapai ke daerah ini, pengunjung dapat menggunakan jalur darat dan laut.

Bagi mereka yang menggunakan jalur darat dapat menggunakan ruas tol Jakarta-Merak—atau melalui non tol (Jalan nasional) Jalan Raya Jakarta. Untuk mencapai kawasan wisata religi tersebut, pengunjung dapat melalui jalur darat ataupun laut dari sejumlah daerah.

Mereka yang datang dari Jakarta, atau sejumlah tempat di Pulau Jawa, bisa menggunakan jalur darat dengan menggunakan akses tol atau non tol. Bisa juga dengan kereta api,  turun di Stasiun Karangantu, sekitar 1 km untuk sampai ke lokasi.

Sedangkan yang ingin mencoba dengan jalur laut dari pelabuhan asal bisa berlabuh di dermaga  Karangantu sekitar 1,5 km. Dibandingkan dengan hari biasa, Hari Raya Idulfitri, Iduladha dan bulan Mulud dalam penanggalan Jawa, Banten Lama selalu ramai peziarah.

Selain perorangan dan keluarga, mereka datang bersama rombongan dari berbagai daerah menggunakan bis-bis wisata. Selain melakukan ziarah, pengunjung ada sekedar tamasya mengelilingi taman-taman di sepanjang kanal-kanal.

Di dalam areal kawasan itu, terdapat bekas Keraton Surowosan yang sudah dipasangi lampu hias, dengan pagar dengan tulisan dalam ukuran besar. Di bekas Keraton Kaibon terdapat taman kecil yang dinamai Taman Keraton Kaibon. Berdekatan dengan Keraton Kaibon, ada jembatan kecil yang dicat warna-warni untuk memperindah.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten, Ahmad Sari Alam mengatakan, ada potensi luar biasa dibalik Banten Lama. Kebesaran sejarah yang mengiringinya menjadi potensi besar kawasan ini menjadi destinasi wisata bertaraf dunia.

Menurutnya, Banten Lama tersohor sampai ke luar negeri. Dengan perkembangan media sosial dan didukung dengan infrastruktur memadai Banten Lama bukan tidak mungkin, akan menjadi destinasi wisata baru di Banten.

“Jadi bisa one day tour, karena banyak turis-turis yang transit di bandara. Bisa dilihat banyak hotel sekitar bandara, diatur pagi tour dan malam berangkat lagi dari berbagai negara sebagai ajang promosi ke seluruh negara,” tuturnya.

Menurut Ahmad, cita-cita Gubernur Banten Wahidin dan Wakilnya Andika Hazrumi, menjadikan Banten Lama sebagai wisata dunia dapat terwujud asalkan Pemprov Banten mempercepat penyiapan tenaga pemandu profesional dan kebersihan prima.

“Kehadiran pengunjung dari luar daerah ke wilayah ini juga sebagai lahan kehidupan bagi usaha masyarakat. Oleh karenanya masyarakat di sekiitar lokasi juga harus member kenyamanan dan keamanan bagi mereka,” kata Ahmad. (Wisnu Bangun/Red01)


Share this article

Related posts