leonews.co.id
Pariwisata

Wihh, Ada Budaya Pukul SaPu Sampe Berdarah di Maluku

Share this article

MALUKU (leonews.co.id) – Di Provinsi Maluku Tengah, ada tradisi budaya masyarakat menyelenggarakan acara “Pukul Sapu”. Perhelatan rakyat yang dislenggarakan setiap  7 syawal itu, merupakan warisan sejak abad 18.

Pukul Sapu ini, paling sering diselenggarakan oleh  masyarakat Desa Morella dan Mamala, Maluku Tengah. Perayaan atas keberhasilan pembangunan masjid pada 7 syawal menjadi alasan dilakukannya tradisi ini.

Kabarnya Pukul Sapu digagas oleh seorang tokoh Islam yang berasal dari Maluku, Imam Tuni. Budaya yang hingga kini masih tetap berlangsung itu, merupakan kakek-nenek masyarakat setempat sejak zaman penjajahan Portugis dan VOC di Maluku.

Kala itu pasukan Telukabessy kalah bertempur saat mempertahankan Benteng Kapapaha. Untuk menandai kekalahan itu, pasukan Telukabessy saling mencambuk hingga berdarah menggunakan lidi.

Seperti namanya, tradisi Pukul Sapu atau Pukul Menyapu dilakukan oleh sekelompok pemuda dengan saling mencambuk hingga berdarah. Dalam permainnanya, tradisi ini dibagi dalam dua kelompok, setiap kelompok beranggotakan 20 orang. Seluruh pemain bertelanjang dada, mereka hanya menggunakan celana dengan warna berbeda, merah dan putih.

Sebagai aba-aba dimulainya tradisi tersebut, suara suling akan ditiup. Setelah itu, barulah mereka saling memukul hingga darah berceceran. Alat pukul yang digunakan merupakan sapu lidi dari pohon enau dengan panjang 1,5 meter. Bagian tubuh yang boleh menerima pukulan dari dada hingga perut.

Jika berbicara dari segi keamanan, para pemuda yang melakukan tradisi ini hanya menggunakan tutup kepala yang melindungi telinga mereka. Tutup kepala tersebut dipakai agar telinga terhindar dari pukulan.

Meskipun tradisi ini telihat begitu “keras”, para pemuda yang ikut berpartisipasi memandang tradisi ini sebagai alat untuk mempererat tali persaudaraan. Setelah tradisi ini usai dilakukan, para peserta akan mengobati luka menggunakan getah pohon jarak atau menggunakan minyak tasala. Kedua ramuan tradisional itu dianggap mujarab untuk mengobati luka memar.

Ingin melihat langsung tradisi ini? Anda bisa pergi ke Desa Mamala dan Desa Morella pada tanggal 7 Syawal nanti.

Gubernur Maluku, Irjen Pol (Purn) Drs. Murad Ismail mengatakan, budaya pukul sapu harus dipertahankan, namun dengan kemasan yang lebih apik lagi agar lebih berkualitas.

“Peningkatan kualitas atraksi tersebut, diharapkan akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Maluku, yang tentunya akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) serta peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Gubernur.

 

Karena itu, gubernur berharap Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Maluku, beserta seluruh pemangku kepentingan, agar dapat mewujudkan atraksi pukul sapu lidi ini sebagai atraksi budaya unggulan di Provinsi Maluku.

Tradisi pukul sapu lidi, disebutnya, merupakan manifestasi dari perjuangan para leluhur, diantaranya Kapitan Tulukabessy yang berjuang dengan gagah berani untuk mempertahankan tanah tumpah darah dan melepaskan diri dari belenggu kaum penjajah. (Sumber www.malukuprov.go.id/  Merah Putih)

 


Share this article

Related posts