(leonews.co.id) – Rasanya tak lengkap bila datang ke Provinsi Banten, namun tanpa berkunjung ke Kota Kuno Banten atau Banten Lama. Terlebih kawasan sisa kejayaan Kerajaan Banten tersebut, sudah dilakukan perbaikan di sana-sini oleh Pemerintah Provinsi Banten.
Pemerintah Provinsi Banten menyiapkan anggaran sebesar Rp 220 milyar untuk proyek revitalisasi kawasan wisata bersejarah Banten Lama tersebut. Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan alokasi anggaran Rp 220 miliar itu, dilakukan secara bertahap selama tiga tahun anggaran dimulai dari ABBD 2018.
Anggaran tersebut, untuk menata perbaikan jalan utama dari pusat kota ke Banten Lama, hingga jalan-jalan kecil di sekitar kawasan cagar budaya itu. Pembangunan jalan dilakukan secara bersama antara Pemerintah Kabupaten/Kota Serang dan Pemerintah Provinsi Banten, sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
Sepintas tempat pelataran yang kini telah menjadi kawasan wisata relegius itu, nampaknya nyontek Masjid Nabawi di Madinah, di tanah Arab. Ada payung mirip di depan masjid yang berada di pelataran Masjid Nabawi, yang terpasang di sepanjang jalan menuju menara di depan masjid.
Ada juga bangku-bangku kecil tempat bersantai dan melepas lelah di kiri-kanan pejalan kaki yang akan menuju ke Menara Masjid Banten Lama dan berdampingan dengan puing Istana Kaibon tempat tinggal Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan Syaifuddin.
Disamping puing bekas istana ada sebuah Pohon besar dan sebuah Kanal. Menurut penduduk sekitar, dulunya ini adalah sebuah Istana yang sangat megah. Namun, Pada tahun 1832, Belanda menghancurkannya saat terjadi peperangan melawan Kerajaan Banten.
Satu hari menjelang puasa 1440 Hijriah (2019) saya sempat datang ke lokasi untuk menegetahui kondisi akhir setelah Pemprov Banten melakukan revitalisasi terhadap kawasan itu. Saya menyaksikan kemegahan bangunan (bukan situs-Red) yang diperbaiki oleh dengan biaya APBD tersebut. Areal parker, tempat jajan dan sarana pejalan kaki menuju masjid dan sejumlah makam yang berada di lokasi tempat bersejarah itu terlihat cukup rapih dan tertata.
Rumah-rumah kumuh, pengemis yang setengah memaksa tak lagi nampak, termasuk tempat jajanan yang semrawut, areal perpakiran yang berantakan, terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Ada beberapa hal memang, yang kurang mengenakan, yakni tentang lampu penerang dari areal parkir menuju menara masjid persis di depan istana kaibon. Di tempat ini, terutama pada malam hari cukup gelap karena tak ada lampu penerang.
Di dalam lokasi tempat peziarahan, bangunan sudah mulai tertata, dekorasi dan lampu penerang dilengkapi lantai mengkilap bagai dalam istana. Petugas keamanan yang berada dalam areal, sesekali memberitahukan melalui pengeras suara, agar pengunjung melepaskan alas kaki (sepatu/sandal-Red) saat memasuki areal makam.
Kendati sudah sedemikian cantik, namun sampah plastic dan botol bekas minuman masih terlihat berserakan di sana-sini. Belum lagi air bekas minuman yang tumpah ke lantai bersamaan dengan isi botol yang terguling ditinggal pemiliknya begitu saja.
Di sisi lain, tempat sampah yang sudah terlalu penuh hingga melimpah keluar membuat suasana yang seharusnya menyenangkan jadi terlihat kumuh. Tentang persoalan kebersihan ini, sangat tergantung dengan kesadaran pengunjung serta petugas kebersihan yang perlu dioptimalkan lagi.
Berkaitan dengan harga barang oleh-oleh dan jajanan di kantin. Nampaknya pihak pengelola kawasan perlu memberikan pengarahan agar tidak terlalu mahal.
Para pengunjung yang ingin datang ke Kota Kuno Banten, jaraknya sekitar dua jam dari Jakarta atau sekitar15 menit dari pelabuhan Merak Banten. Dari Kota serang jalan yang menuju ke tempat itu, sudah menggunakan beton dan cukup luas untuk ukuran bus dari dua arah berlawanan.
Kawasan Kota Kuno itu, terdapat banyak Situs peninggalan dari Kerajaan Banten, diantaranya, Istana Surosoan, Masjid Agung Banten, Situs Istana Kaibon, Benteng Spellwijk, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan Karangantu, Vihara Avalokitesvara.
Sejak tahun 1995, Kota Kuno Banten telah diusulkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu Situs Warisan Dunia.
Istana Keraton Kaibon
Situs Keraton Surosoan
Tidak Jauh dari Istana Keraton Kaibon, terdapat sebuah Situs Istana Surosoan yang merupakan Kediaman para Sultan Banten, dari Sultan Maulana Hasanudin hingga Sultan Haji yang pernah berkuasa pada tahun 1672–1687, Istana ini dibangun pada tahun 1552. Dibanding Istana Kaibon yang terlihat masih berupa bangunan, Istana Surosoan, hanya tinggal berupa sisa-sisa bangunannya saja. Sisa bangunan megah ini berupa Benteng yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan tinggi 0,5 – 2 meter. Ditengahnya terdapat kolam persegi empat. Konon, kolam tersebut adalah bekas pemandian para putri termasuk Rara Denok. Dengan luas sekitar 4 hektare. Bangunan sejarah ini dihancurkan oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1680.
Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kesultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati.
Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China. Ini adalah karya arsitektur China yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.
Di serambi kiri masjid ini terdapat kompleks makam Sultan-sultan Banten dan keluarganya, yaitu Maulana Hasanuddin dengan Permaisurinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr Abdul Kahhar atau Sultan Haji. Sementara di serambi kanan, terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul Fattah, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan Abdul Mufakhir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah, dan Ratu Masmudah.
Vihara Avalokitesvara
Vihara ini merupakan salah satu Vihara tertua di Indonesia. Keberadaan Vihara ini diyakini merupakan bukti bahwa pada saat itu penganut Agama yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa Konflik yang berarti.
Kondisi di dalam Vihara ini sendiri sejuk karena banyak pepohonan rindang dan terdapat tempat duduk yang nyaman untuk beristirahat. Selasar koridor Vihara yang menghubungkan bangunan satu dengan yang lainnya ini terdapat relief cerita hikayat Ular Putih, yang dilukis dengan berwarna-warni sebagai elemen estetis.
Benteng Spellwijk
Lokasi tidak jauh dari Masjid Agung Banten, benteng ini dibangun sekitar tahun 1585 (menurut informasi lainnya tahun 1682). Dahulunya Benteng Spellwijk digunakan sebagai Menara Pemantau yang berhadapan langsung ke Selat Sunda dan sekaligus berfungsi sebagai penyimpanan meriam-meriam dan alat pertahanan lainnya. Di tempat ini juga terdapat sebuah Terowongan yang katanya terhubung dengan Keraton Surosowan.
Di sini juga terdapat Museum Kepurbakalaan Banten Lama.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya. Museum yang terletak antara Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-benda purbakala. Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih mirip seperti sebuah rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum.
Tasik Kardi
Danau ini terletak tidak jauh dari Istana Kaibon, Konon, danau tersebut luasnya 5 hektare dan bagian dasarnya dilapisi oleh batu bata, Pada masa itu danau ini dikenal dengan nama “Situ Kardi” yang memiliki sistem ganda, selain sebagai penampung air di Ci Banten yang digunakan sebagai pengairan persawahan, danau ini juga dimanfaatkan sebagai pasokan air bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya. Air dialirkan dari pipa-pipa yang terbuat dari terakota berdiameter 2–40 cm. Sebelum digunakan air danau harus disaring dan diendapkan di penyaringan khusus yang dikenal dengan Pengindelan Abang atau Penyaringan Merah, Pengindelan Putih atau Penyeringan Putih, dan Pengeindelan Emas atau Penyaringan Emas.
Sebagai Tempat Wisata
Kota Kuno Banten banyak menyimpan tentang perkembangan sejarah Kesultanan Islam di Banten, untuk itu setiap tahunnya selalu ada Penziarah dan Wisatawan datang untuk menikmati keindahan peninggalan Kesultanan banten, namun sayang banyak bangunannya yang tidak terurus, karena banyaknya Pemukiman dan kadang tempat-tempat tersebut dijadikan tempat berjualan bagi penduduk sekitar, dijadikan lapangan bola, dan sebagainya. (Red 01/Wisnu)