TANGERANG (leonews.co.id) – Dua hari usai pelaksanaan pencoblosan Pemilihan Umum 2019, yang dilaksanakan pada 17 April lalu, akan menjadi catatan paling memilukan bagi keluarga Sukrani (58). Anggota Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di Desa Legok Sukamaju Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang ini, menghembuskan napas terakhir setelah menderita gangguan pernapasan usai melaksanakan tugas.
Selama dua hari dalam perawatan medis usai melaksanakan tugas sebagai petugas KPPS, pria renta ini menghembuskan napas terakhirnya. Janji akan menebus Ijazah sekolah putrinya yang tertahan di sekolah karena tak sanggup membayar iuran pendidikanpun kandas.
“Sebelum meninggal, Bapak janji akan menebuskan ijazah kalo dapet uang dari bertugas KPPS. Tapi sekarang Bapak sudah nggak ada,” kata Suadah (56) istri almarhum, lirih, kepada Kakor Binmas Baharkam Polri Irjen Pol Herry Wibowo, yang hadir melakukan kunjungan kerja bersama rombongan di kediamannya, Jumat (10/5/19).
Diceritakan oleh Suadah , bahwa ijazah SMA Siti Mamas (19) anaknya, tertahan di sekolah sudah satu tahun lamanya. Hal ini, karena mereka tak sanggup melakukan pembayaran/iuran sekolah.
Akibatnya, tutur Suadah, Siti sulit untuk melamar pekerjaan. “Ijazah belum diambil, tidak bisa melamar kerja. Bapak janji, nanti kalo dapet uang ijazah segera ditebus, supaya bisa ngelamar pekerjaan,” kata Siti Mamas sambil menangis.
Jendral bintang dua Herry Wibowo, yang datang berkunjung dan mendengarkan cerita itu, terlihat sangat terharu. Putri almarhum itu, dipeluknya dan memberikan sejumlah uang agar ijazah yang tertahan di sekolah itu segera ditebus.
Tidak hanya itu, Herry, juga berjanji akan membantu untuk memasukannya sebagai anggota Polwan jika nilai pelajaran ujian cukup baik. “Segera tebus ijazahnya, kalau nilainya bagus, daftar jadi polwan,” ujarnya.
Herry mengatakan, sudah memberikan nomor telepon selulernya ke keluarga almarhum. Ia meminta, saat ijazah sudah diambil, difoto kemudian dikirimkan kepadanya. “Foto ijazah kirim ke saya, saya berharap nilainya bagus, akan kami bantu daftar jadi polwan,” ungkapnya.
Selain mengunjungi keluarga anggota KPPS yang meninggal, Herry juga mengunjungi Koko (34), penderita lumpuh sejak lahir di Desa Patra, Kecamatan Kemiri. Herry juga mengunjungi nenek Karni (68) yang menderita katarak sejak 20 tahun silam. Kepada keduanya, Herry menawarkan bantuan medis. Nenek Marni bahkan diawari menjalani operasi sesegera mungkin.
“Ini kegiatan atau gerakan kemanusiaan. Tak ada tendensi apa-apa, bulan Ramadan, kita perbanyak kebaikan untuk sesama,” tandas Herry. (Wisnu Bangun)