SERANG (leonews.co.id) – Teknik penyelenggaraan acara tahunan Seba Baduy, masih dalam pembahasan di rapat koordinasi di Kantor DinasPendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Kamis (28/3). Rapat tersebut, masih seputar penetapan waktu, teknik penyelenggaraan dan lain-lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan acara.
Penanggung jawab acara Seba Baduy Ujang Rafiudin, mengatakan, berbagai unsure yang akan terlibat dalam acara adat tahunan masyarakat dari wilayah Banten Selatan itu, agak berbeda rahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, selain kunjungan dan memberikan buah tangan dari hasil panen masyrakat Baduy untuk Gubernur Banten (Bapak Gede), acara juga akan dilengkapi dengan mandi di Kali Cibanten.
“Jadi nantinya masyarakat Baduy yang hadir itu, akan ada acara mandi bersama di Kali Cibanten. Memang tidak terlalu banyak perbedaan isi acara dari tahun sebelumnya. Tambahannya ya mandi, pada tengah malam, di kali Cibanten,” kata Ujang, yang juga Kepala Bidang Kebudayaan DinasPendedidikan, usai melakukan rapat koordinasi tersebut, kepada leonews.co.id Kamis(28/3).
Dalam rapat koordinasi itu, kata Ujang, selain dibahas yang berkaitan dengan teknis saat penyelenggaraan acara-namun yang lebih penting lagi yakni tentang waktu penyelenggaraan. “Nah soal waktu ini, masih fluktuatif. Karena bersamaan dengan bulan puasa Ramadan,” tuturnya.
Sebelumnya direncanakan akan diselenggarakan 23 Juni 2018. “Namun waktunya terlalu lama, sekitar satu bulan. Karena acara sacral masyarakat Baduy itu, biasanya dilakukan beberapa hari setelah panen raya di wilayahnya,” tutur Ujang.
Itulah sebabnya, jelas Ujang sejumlah panitia di pemerintahan Provinsi Banten memilih tanggal 8-9 Mey, walau-pun pada saat bersamaan sudah masuk bulan puasa.
“Tapikan diselenggarakannya pada malam hari. Kendati demikian, soal waktu ini masih dalam pembahasan yang intensif dengan para tokoh adat di sana, karena masih dalam perundingan,” tuturnya.
Tidak hanya soal waktu dan teknis acara, menurut Ujang, pembahasan dalam rapat koordinasi itu juga disebutkan tentang pemberian uang kepada masyarakat Baduy yang datang menghadap keabah gede (Gubernur Banten-Red). “Tidak seperti tahun sebelumnya, untuk tahun ini pihak Pemerintah Provinsi Banten, tidak memberikan uang kepada seluruh masyarakat Baduy atau peserta yang datang dengan jumlah uang seratus ribu rupiah per orang. Tahun ini yang diberikan uang hanya pimpinan dan tokohnya saja, dengan nilai seratus lima puluh ribu rupiah,” katanya.
Hadir dalam rapat koordinasi itu, antaranya Perwakilan Dari Dinas Pariwisata-Banten, sejumlah perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Banten, termasuk dari Dinas Kesehatan Banten dengan masing peran dan tanggung jawabnya dalam acara Seba Baduy tersebut. “Pihak dinas Pendidikan dan Kebudayaan berperan sebagai penyedia makan dan minum peserta Seba Baduy, menydiakan oleh-oleh untuk 20 orang jaro, Bis Untuk pemulangan mereka dari Pendopo Gubernur Banten menuju Kenekes di Banten Selatan, mempersiapkan hiburan Wayang Golek saat acara berlangsung, sound system serta panggung. Sedangkan OPD lainnya bertanggung jawab menyediakan hal lainnya,” jelas Ujang.
Seba Baduy merupakan acara silaturahmi, sekaligus bentuk cinta dan hormat Suku Baduy kepada Sang Pencipta, alam dan pemimpinnya (Kepala Daerah- yang biasa disebutnya sebagai Abah gede-Red). Acara seperti ini, diselenggarakan setiap tahun, usai melakukan panen Raya. Acara adat ini, dimaknai sebagai ketulusan, serta suri tauladan yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal.
Pada tahun 2018, jumlah masyarakat Baduy, yang hadir ke Pendopo Gubernur dalam acara Seba Baduy mendekati 2000 orang, atau 1788 orang. “Tahun 2019 ini, mungkin jumlahnya lebih sedikit, karena Pemerintah Provinsi Banten, tidak menganggarkan uang saku buat seluruh peserta yang hadir, hanya untuk para jaro dan pimpinannya saja,” jelas Ujang. (Red 01)