Banten, (leonews.co.id) – Pandemik covid 19 melemahkan semua lini kehidupan dengan cepat dan masif. Hal itu pula yang dirasakan oleh GS. Ashok Kumar selaku Ketua Harian PHRI BPD Banten.
Menurut Ashok, baru kali ini dirinya menyaksikan dan mengalami meresotnya secara drastis dan serentak rontoknyatingkat hunian hotel maupun kunjungan tamu ke restoran.
“Kondisi ini tidak pandang bulu, mau itu dari management/ pengelolahan international franchise local Franchise maupun Independant hotel dan restaurant, merata hingga dropnya industri perhotelan,” ucap Ashok, Minggu 12 April 2020.
“Imbasnya sampai ke nadir multiplier effect yang mereka mereka tergantungan sepenuhnya dengan adanya Industri perhotelan dan restoran di sekitarnya dari tukang sayur mayur, krupuk, emping, garam, gula, Ikan, ayam , daging, chemical pembersih lantai , kolam renang, kertas, pensil, sabun odol dan seterusnya hampir 125 Komponen yg tidak dapat kami sebutkan satu persatu,” imbuh Ashok yang kini juga di percaya menjadi Wakil ketua Umum Kadin Banten ini.
Disamping idustri perhotelan, lanjut Ashok, imbas pandemi covid 19, juga telah menggerus Pandapatan Pemerintah daerah mulai dari sektor PAD PBB dan sederet P P & P lain nya ditambah sektor swasta yaitu energi PLN, nadir lainya lebih sedih dari film India.
“Karyawan juga terimbas dan menjadi korban dengan apapun istilahnya kerja setengah hari atau dirumahkan,” tutur Ashok.
Paid or Unpaid Leave, sambung Ashok, yang amit amit dapat berujung ke Leave Forever.
“Wabah Covid 19 terjangannya lebih dahsyat dari badai krisis ekonomi maupun force majeur,” pungkasnya.
Ditambahkan Ashok, multipler effect di Provinsi Banten terkait covid 19, tidak lagi menjadi rahasia umum, untuk itu lanjut Ashok, diperlukan langkah positive, intense korespondensi lisan maupun tertulis dari BPC BPC dengan masing masing Kepala Daerah dan DPRD Kabupaten Kota dan dan Provinsi Banten bahkan Ke PHRI pusat.
“Langkah yang diambil ini guna mendapatkan perhatian khusus dan solusi yg teraplikasi, dari hal hal yg menyangkut kompensasi penyederhanaan, penangguhan, penundaan maupun penghapusan dari yang menyangkut rutinitas kewajiban industri/perusahaan perhotelan dan restoran selama di masa sulit ini, hingga ke titik normal kembali. Jadi ada Win Win Gain Solution pemerintah kepada Masyarakat industri jasa hotel dan restoran,” paparnya.
Ashok mengungkapkan, kondisi dunia hotel dan restoran di Banten, khususnya hotel di pesisir pantai anyer cinangka, carita, tanjung lesung dan bayah, kondisinyab sudah lebih sedih dari film India, ibaratnya sudah jatuh dari tangga kena cat dan kuas juga.
“Baru sedikit merangkak pasca tsunami 2018 sedang 2019 dan januari 2020 baru saja mau nafas sejenak, masuk babak kedua wabah covid 19,” tandas pembina Utama Ikatan Engineering Indonesia Pusat ini.
“Hampir 75 persen hotel berbintang non bintang suka tidak suka, mau tidak mau sudah mulai lock down mandiri, dengan adanya himbauan batasan kerumunan di pantai pantai terbuka waterspot, akibat Covid 19,” sambungnya.
Namun disisi lain, keterpurukan ditengah pandemik covid 19 ini, menurut Ashok, juga tak lantas membuat anggota PHRI Banten, menutup mata, malah sebaliknya.
“Anggota kami Hotel Permata Mulia Kota Tangerang kini sepenuhnya dioperasikan untuk hunian para tenaga medis covid 19,” terangnya.
“Kami tidak pernah tabu dan menganut azas kemanusian serta selalu ikhlas menerima para pejuang yang terhormat yaitu para tenaga medis covid 19. Selama SOPnya jelas dari pihak Pemda setempat,” tambah Ashok.
“Bahkan di Kota Serang saja yaitu Hotel Abadi dan Royal, pemiliknya langsung sudah melaporkan Ke PHRI membuka diri siap menerima para tenaga medis,” kata Ashok kembali sambil menyebut Hotel Novotel Tangerang Kota menjalankan SOP konkrit COVID 19, walaupun sudah sangat miris kondisi tingkat hunianya.
*Fight Corona Together *
Ashok menegaskan, dalam kondisi pandemik covid 19 saat ini, industri hotel dan restoran di Banten, walaupun sudah anjlok di tataran dasar tingkat hunian, tetap optimis berbuat positif dan anggota PHRI mengikuti dan menjalan ketentuan dari pemerintah.
Anggota PHRI Banten telah meng-amandemen SOP Operasional yang mengacu kepada pencegahan covid 19 aplikasinya sederhananya adalah penyediain sanitizer dan control suhu. Di FO reception diberi tanda untuk mengantri , di depan lift ada tanda untuk menunggu lift, didalam lift tidak boleh lebih dari 3 orang, semua karyawan diwajibkan memakai masker ditambah fasilitas
Internal Crisis Center untuk karyawan dan para tamu,” Ini sebagai wujud kepedulian, Fight Corona Together,” ujarnya.
Tidak hanya itu saja, dalam kondisi pandemik corona saat ini, penerapan protokol covid 19, diterapkan secara komprehensif. Mulai dari pelayanan makanan dan minuman dari breakfast lunch dan Dinner, hanya melayani dengan mekanism pelayanan room service. Lalu SOP pelayanan diantar hanya sampai luar, depan pintu, demikian juga sebaliknya bila usai makan tamunya, pelayanan Clear Up di depan pintu. Pelayan tidak diperkenankan masuk kamar.
“Sedangkan SOP pelayanan pembersihan kamar room attendant dilakukan dengan rotasi 3 kal seminggu dan pelayanan laundry melalui mekanisme tanpa masuk kamar,” jelas Ashok.
“Hotel juga menyiapkan area outdoor untuk berjemur dan olahraga, dengan SOP lagi lantai nya di tandai utk mengacu physical distancing. Dengan sebelumnya di lakukan control suhu lagi tiap hari bagi Long Staying Guest pada saat mau Olah Raga. Walaupun sudah di Check Awal di Entrance Front Desk,” imbuh Ashok.
Singkat cerita pelayanan sangat terbatas dan mengedepankan pencegahan penularan covid 19.
Karyawan diminimmalisir yang masuk supaya tidak terlalu banyak yang berhubungan dengan tamu. SOP buat semua jenis Meeting Internal management dilakukan melalu google meet video.
“Jadi harapan kami atas nama Keluarga Besar PHRI BPD Provinsi Banten H. Achmad Sari Alam dan G.S. Ashok Kumar serta segenap Ketua BPC BPC dan jajaran pengurus dan anggota, berharap bapak Wishnu Tama Kusubandio Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif, dapat memberi masukan dan dukungan moril atas daya upaya kesiapan PHRI dibawah naungan Ketum PHRI, Haryadi Sukamdani. (PAN/Red)